KETINGGIAN ILMU DALAM SYAIR MELAYU

KETINGGIAN ILMU DALAM SYAIR MELAYU
Ketinggian
ilmu bangsa Melayu, antaranya boleh dilihat dari puisi tradisi  termasuk pantun, syair, gurindam, nazam dan
seloka. Contoh yang diperkatakan di sini ialah Dondang Siti Fatimah (DSF), sebuah  syair yang digunakan dalam tradisi Berendoi.  DSF telah dicatat oleh beberapa orang tokoh. Mohd
Taib Osman  memetik  dari Journal
of Straits Branch of Royal Asiatic Society (1917), Harun Mat Piah menemui
lagu ini hampir di seluruh Semenanjung Malaysia. Drs. Sahril (Universiti
Sumatera Utara) merakamnya di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara..
Syair
yang tidak diketahui pengarang asalnya ini boleh dikategorikan sebagai lagu
Dodoi atau  Lullabies, satu cabang  sastera lisan yang diwarisi oleh masyarakat di
seluruh dunia, dan dinyanyikan
untuk menghiburkan dan menidurkan bayi.
Lullabies  adalah penting kerana.  kerana  mempunyai
fungsi sosial dan kognitif sebagai media komunikasi pertama seorang bayi
dengan dunia di sekelilingnya, Selain  bahan hiburan, lagu
Dodoi menyampai pengajaran dan berperanan dalam membentuk peribadi, dan perwatakan individu
     Lagu DSF
dinyanyikan khasnya untuk mengisi acara Berendoi biasanya diadakan ketika bayi
dan ibu baru lepas tempoh berpantang dan dibuat Bersama acara akikah..  Lagu dinyanyikan ketika bayi dibuai di dalam
buaian yang berhias
Senikata
DSF berisi
nasihat, dengan dimasukkan
ayat-ayat suci Al-Quran, selawat nabi,
serta cerita cerita tentang perjuangan Nabi Muhammad saw. Di
samping itu ia menerangkan tentang proses kehamilan dan kelahiran, kesusahan
ibu bapa membesarkan anak, nasihat mentaati ibu bapa dan mengerjakan ibadat.
Penutupnya berupa doa untuk kebaikan anak yang baru dilahirkan. Misal doa:.
Ya Allah Malikul Manan
Doa kami minta perkenan
Siang dan malam sepanjang zaman
Bala dan fitnah minta jauhkan.
DSF turut
memperlihatkan ketinggian ilmu dalam rangkap di bawah:
Setelah turun rahim bapakmu
Ke dalam batin rahim ibumu
Empat puluh hari nattefah namamu
Di situ dimulai pantang ibumu
Setelah sampai delapan puluh hari
Alkah namamu pula diberi
Sehingga sampai seratus dua puluh
hari
Alkolah pula konon dinamai
   
     Empat bulan sampailah tuan
     Sudah menjadi kaki dan tangan
     Cukuplah dengan sifat sekalian
     Nyawanya lagi belum didatangkan
     Setelah sampai saat dan waktu
     Datanglah nyawa lalu bersatu
     Di dalam tubuh tempat nyawa itu
     Hawa dan nafsu sudah berlaku
Dikandungkan ibumu sembilan bulan
Nasi dan air tiada tertelan
Memperanakkan engkau berapa kesakitan
Kadang bercerai nyawa di badan
           
 Rangkap rangkap di atas menampakkan kedudukan
syair sebagai penyebar ilmu pengetahuan, iaitu, pengetahuan tentang ilmu
kejadian manusia di dalam rahim ibunya. Ia selaras dengan keterangan dalam
Alquran surah al-Mu’minun ayat 12-14 “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian, Kami jadikan
saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (Rahim). Kemudian
air mani itu  Kami jadikan segumpal. Lalu
segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang. Lalu, tulang belulang itu Kami bungkus daging.
Kemudian, Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain”.
Ayat ini diikuti pula oleh hadis Rasulullah SAW yang bermaksud  “Seseorang dari kamu ditempatkan
penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi
alaqah selama itu pula (40hari) kemudian menjadi mudhghah selama itu pula (40
hari) kemudian Allah mengutus seorang malaikat lalu diperintahkan empat kalimat
(hal) dan dikatakan kepadanya. Tulislah amal, rezeki dan ajalnya, serta celaka
atau bahagia (nya) kemudian ditiupkan ruh padanya. (Hadis Riwayat Imam Al
Bukhari).
Ayat
tersebut menegaskan bahawa tahap pertama penciptaan janin .Perkataan saripati bermaksud yang terbaik dan
terpilih (sari dan pati).  Ini
adalah sejajar dengan penelitian oleh para ahli sains sekarang, bahwa manusia
itu tercipta dari satu sperma yang terkuat dan terpilih dari  jutaan
sperma yang keluar dari
laki-laki.  
Ini bererti syair DSF mempunyai nilai ilmu yang tinggi. Ia berdasarkan ayat
 Al Quran dan hadis tentang
pembentukan janin. Hal ini, merupakan satu keajaiban bila kenyataan
ini disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW pada abad ke 7 jauh sebelum sains modern
menemukan pengetahuan tentang 
pembentukan embrio di dalam tubuh manusia,  Adalah satu keajaiban dan menjadi bukti
keRasulan bila Nabi Muhammad yang tidak pun tahu membaca boleh menyampaikan
kenyataan tentang kejadian  janin di
dalam tubuh seorang wanita .Prof Keith L.Moore Department of Anatomi dan
Biology Universiti Toronto berkata “Saya tidak tahu apa-apa tentang agama namun
saya meyakini kebenaran fakta yang terkandung dalam Al-Quran. Al-quran secara
tepat menjelaskan perkembangan embrio manusia. Sains modern baru mengetahui
proses penciptaan di alam rahim setelah ditemukan alat-alat modern”
” Syair itu
juga  selaras dengan seruan Al Quran agar
manusia berfikir tentang kejadian alam termasuk kejadian diri sendiri. Di dalam
Al-Quran terdapat banyak ayat yang diakhiri dengan   Afalatabsirun
bermaksud
apakah kamu  tidak memerhati, Afalatakkhilun bermaksud apakah kamu tidak
menggunakan akal? dan  Afalatatafakhkarun bermaksud apakah kamu tidak
berfikir?  Seruan ini diperkuat oleh Nabi
Muhammad saw melalui sabda baginda: “Tiada agama bagi orang yang tiada
mempunyai akal dan tiadalah akan sempurna agama manusia selama-lamanya sebelum
sempurna akalnya” (Hadis riwayat Jabir kepada al-Baihaqi). Syair ini memperlihatkan
bagaimana orang Melayu meletakkan nilai yang tinggi terhadap ilmu seperti yang
disimpulkan oleh pantun di bawah:
Setitis
jadikan laut
seludang
jadikan nyiru,
segumpal
jadikan gunung,

alam
terbentang jadikan guru.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.